woensdag 10 juni 2009

Lampu chattingmu nyala Pop

Dania lagi asyik nonton Dora. Ini kelima kalinya dia menyaksikan DVD yang sama. Apa nggak bosan? Papi mengernyitkan dahi. Ah terserahlah. Yang penting si gembul kecil ini hepi.






So papi menuju kulkas. Selintas Dania melirik. Huh pasti dipikirnya, papi mengambil es loli, favoritnya. Nee! mata papi melacak keberadaan botol hijau. Ah itu dia.

Tak lama papi sudah terhenyak di sofa putih. Bir dingin terasa segar menyiram mulut. Di luar, Almere sedang hujan. Jadi pas, pikir papi.

Layar laptop masih berisi facebook. Oh iya, taruh foto ah.

Mendadak ruang kecil di bawah mencuri perhatian. Ada empat orang sedang online untuk chatting. Ini toch biasa. Tapi yang buat papi agak "mulas" adalah Poppy Rasjad. Dia online.

Terdiam.

Tangan papi mengklik namanya. Terbukalah kolom chatting. Segera papi mematikan kembali kolom tersebut.

Tenggorokan terasa sangat kering. Bir sulit masuk.

Kolom itu kembali terbuka. Tanpa papi klik. Seolah-olah di ujung sana Poppy balas memanggil untuk chatting.

Tentu papi tahu. Itu jelas keluarganya, entah orang tua, adik, kakak, tante, om, yang memakai login dia.

Poppy sudah wafat. Hidupnya berakhir di rumah sakit setelah perempuan aktif ini keserempet angkutan umum -ya ampun Pop- metromini. Mungkin waktu itu ia terlalu sibuk mengetikkan kata lewat selularnya untuk posting facebook. Mungkin. Soalnya Poppy suka online, entah di facebook, entah di tempat lain.

Di balik kekagetan papi saat senja waktu Belanda tersebut, tersirat rasa sedih.

Kok bisa begitu cepat. Hidup manusia begitu rentan. Tak berdaya. Dan sekaligus mengingatkan papi, bahwa manusia bisa meninggal(dan juga tua baru meninggal). Hidup pasti ada akhir.

Pengalaman chatting sunyi (denganmu) itu begitu berkesan Pop. Walau tak ada satupun kata diketik. Kendati cuma melihat namamu online.

Sekali lagi, selamat jalan.

zaterdag 6 juni 2009

Dania ulang tahun kedua




Dania duduk di sebelah. Ia sibuk bermain dengan laptop Dora-nya. Maklum itu kado ulang tahun kedua, dan entah kenapa, semua hadiah bernuansa Dora.

Hey Dora yang ini bukan Doraemon. Ini Dora si petualang -English: Dora the Adventurer.

Dania Elang dapat mangkok Dora, piring Dora, gelas Dora, kartu domino Dora (yes it is Dora Card) dan perlengkapan rambut Dora.

Kami sempat main ke Dolfinarium dalam rangka pekan dirgahayu Dania Elang Prajuni.






dinsdag 30 december 2008

vrijdag 12 december 2008

It was..

It was successfull mission, he said. Yes indeed. But i didn't care, Dania. Because my mind fly away from it. Yes fly to you. I heard from mami you were sick, that time. So can not concentrate anymore. Only think about you.

Anyway you have had better now. Papi glad, in a matter of hours can taste again our nice sweet home in Almere.

Papi zit nu in KL.

Love you all Mommy and jij Dania.

dinsdag 7 oktober 2008

Halte Pelangi Utara

Dania, papi kadang-kadang suka gigit bibir. Tapi biasanya kalau nggak ada yang ngeliat. Kenapa? kalau ada sesuatu yang luar biasa serius papi pikirkan.

Seperti saat papi naik bis dari stasiun Almere Luar ke rumah. Sehabis membeli roti untuk kamu, papi memilih naik kendaraan umum yang satu ini. Setiap 10 menit berhenti satu bis.

Bis penuh. Seorang lelaki berjaket kulit dengan tato dileher buru-buru naik. Kakinya menahan pintu bis menutup. Di belakangnya ada perempuan dengan sebuah kinderwagen kereta berisi bayi. Di dalam pasangan itu -entah menikan atau tidak, bukan urusan gue- ngobrol keras-keras. Seolah-olah bis mobil pribadi mereka.

Papi menawarkan supaya mereka masuk lebih dalam. Si lelaki, klimis dengan bau keringat, memandang sebentar dan tersenyum. "Kami turun di halte terdekat."

Halte Pelangi Utara. Seperti namanya, perhentian ini terletak di RW yang penduduknya warna-warni. Belum membaca survey, tapi papi merasa, sangat jarang melihat orang kulit putih di sana. Lebih dari separuh penumpang bis turun di sini.

Papi menimbang-nimbang. Rumah kita, bisa ditempuh dari sini. Tapi papi lebih suka turun di Halte Kepulauan Utara. Kok rasanya lebih sreg.

Halte Pelangi Utara, kalau bisa menjerit, bakal sering menjerit. Hampir sebulan sekali sang halte dirusak. Gerombolan anak muda berbau ganja nongkrong. Walau tak mengganggu, kegiatan mereka bisa buat ciut nyali. Cerita-cerita penusukan dan baku hantam ala tawuran Indonesia, jadi buah bibir tentang persinggahan ini.

Tapi papi ingin turun di sini. Ada rasa sedih. Pelangi Utara seolah-olah membenarkan stereotip: warna warni=pendatang=vandalisme. Papi latah mengamini label tersebut. Sedih karena kulit papi coklat, juga kamu Dania. Sedih karena papi kan pendatang. Berarti termasuk streotip itu?

Papi menegakkan kepala. Melangkahkan kaki keluar dari bis bersama-sama warga warna-warni lainnya. Putih bukan warna, kata Malcom X.

Lagipula vandalisme=penjahat=siapa saja.