vrijdag 9 maart 2007

Elang

Ahad lalu, pulang dari gereja, di jalan raya cepat A6, mata Nito terpaku kepada sebuah benda yang melayang di atas langit.

It's a bird not superman!

Nito melihat elang terbang melayang. Sayapnya merentang menantang angin. Walau lama tinggal di Indonesia, Nito tak pernah melihat elang, kecuali di kebun binatang(atau kebon binatang ya? soalnya singkatannya kan bonbin bukan bunbin).

Tapi di Belanda sini, Nito menatap elang tengah melayang tinggi. Entah apa yang ada di benak sang Elang. Yang pasti ketika mobil melaju memasuki daerah tempat tinggal kami di Almere Buiten, sang Elang malah berputar-putar di atas.

Ya di atas mobil kami.

Lalu terpikirlah memberi nama depan anak kami dengan: Elang. Entah itu nanti perempuan atau lelaki, nama depan anak kami, kelihatannya, adalah: Elang.

Si Nita juga suka dengan nama itu.

Kemarin ketika pulang kantor, saat hati tengah gundah(sebenarnya jengkel dengan urusan kantor) mata Nito kembali menatap sang Elang yang tengah melintas.

Kata orang ini pertanda. Yah mungkin anak kami akan bermental elang.

Elang selalu menantang angin dan badai. Baginya kedua hal itu sebuah ritme kehidupan yang asyik yang harus ada. Tanpanya hidup itu sepi. Elang selalu menatap dunia ini secara holisitik, tapi membidik secara presisi. Elang suka terbang ke arah cahaya matahari. Baginya cahaya itu tidak menyialukan, namun sebagai sumber kekuatan.

Wow.



Belakangan Nita dan Nito tahu dari berita bahwa ada sepasang elang laut yang membangun sarang di hutan dekat rumah kami. Mereka sedang berupaya menelurkan keturunan dan menanti kelahiran sang anak. Seperti kami.

Gambar: Tangkapan webcam atas si Elang laut dan sarang di hutan Oostvaardersplassen.